Selasa, 21 Januari 2014

Al-Hallaj, Sufi yang Disalib dan Dibakar

Seperti Socrates – fisuf besar Yunani sekian abad sebelum masehi yang harus mati minum racun, Al-Hallaj juga tokoh besar dan filsuf yang dihukum mati karena mempertahankan pendapat dan ajarannya. Mereka sama-sama meninggalkan banyak legenda yang masih dibicarakan orang hingga kini. Lebih penting lagi ialah pemikiran dan gagasan-gagasannya yang brilian. Sudah ratusan buku yang membahas kedua tokoh ini.

Dalam dunia sufi, Al-Hallaj mempunyai kisah tersendiri. Pemikirannya tentang Wahdatul Wujud, yaitu paham yang meyakini bahwa seseorang mampu meleburkan diri ke dalam Dzat Allah, meninggalkan banyak kontroversi. Bahkan sampai sekarangpun perdebatan tentang hal itu belum juga reda. Selain itu Al-Hallaj juga sangat piawai dalam mengemukakan pengalaman spritualnya. Ia bahkan cenderung ekstrim. Jargonnya yang terkenal; Ana al-Haq (aku adalah Tuhan),masih terus menjadi bahan perbincangan yang tiada habis sampai sekarang.

Ia lahir dengan nama Abu Al-Mugis Al-Husain ibnu Mansur al-Baidlawi  pada 858 M / 244 H di Baida, di Provinsi Fars, Iran. Masa remajanya dihabiskan di Kota Tustar, belajar pada Sahal ibnu Abdullah At-Tustari, sufi besar yang terkenal di Tustar. Ketika usianya menginjak 18 tahun, ia pergi ke Basrah, lalu ke Baghdad, ia berguru kepada beberapa guru spritual, seperti Syekh Abdul Husain al-Nurim Syekh Junaid Al-Bagdadi, dan Syekh Amru ibn Usman Al-Makki.

Ketika berguru pada Al-Makki itulah ia mulai mendapat pemahaman tentang Wahdatul Wujud, dan sejak itu ia banyak melontarkan ucapan-ucapan yang kontroversial. Padahal beberapa gurunya sudah berkali-kali melarangnya. Tapi sia-sia. Itu sebabnya ia memilih meninggalkan perguruannya di Basrah, dan kembali ke Baghdad. Di Ibu kota Irak ini ia masuk kembali ke perguruan milik Syekh Junaid Al-Baghdadi. Tapi di sini ia kembali melontarkan ucapan-ucapan yang mengungkapkan rahasia ke-Tuhan-an, walaupun sudah dilarang oleh gurunya.

Meski bagi banyak orang dianggap nyeleneh, Al-Hallaj juga berdakwah. Bahkan ia tidak tanggung-tanggung dalam berdakwah. Misalnya berdakwah sambil mengembara, dari Ahwaz, Khurasan, Turkistan, keluar dari Irak, sampai ke India. Hebatnya dimanapun ia berada selalu elu-elukan karena ilmu agamanya yang tinggi. Kepiawaiannya inilah yang menjadikannya mempunyai banyak pengikut yang balakangan disebut kelompok al-Hallajiyah. Mereka memandang Al-Hallaj sebagai waliyullah yang memiliki kekeramatan.

Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan, Al-Hallaj adalah seorang sufi yang sangat tekun beribadah. Dalam ibadahnya yang khusyu’ ia sering mengungkapkan rasa Syathahat, yaitu ungkapan-ungkapan yang kedengarannya ganjil. Hal itu terjadi ketika ia tenggelam dalam Fana, suatu tingkatan kerohanian ketika kesadaran tentang segala sesuatu sirna kecuali hanya kesadaran tentang Allah SWT.

Dari sinilah muncul ungkapan An al-Haq – yang oleh Al-Hallaj ditafsirkan bahwa  “Aku berada di dalam Dzat Allah.” Bayak ahli tasawuf menafsirkan, ungkapan itu sebenarnya tidak dimaksudkan bahwa dirinya adalah Tuhan. Hal itu tampak dalam sebuah pernyataan, “Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, bukanlah Yang Maha Benar Itu Aku. Aku hanyalah satu dari yang benar. Maka bedakanlah antara aku dan Dia.”

Ia menulis sejumlah kitab dan bait-bait puisi. Dalam legenda Muslim, ia adalah prototipe pencinta yang mabuk kepayang kepada Allah.

Husain ibnu Manshur, yang dijuluki Al-Hallaj (penyortir wol), awalnya pergi menuju Tustar, di sana menjadi pelayan Sahl ibnu Abdullah selama dua tahun, kemudian setelah itu ia bertolak ke Baghdad.

Ia memulai pengembaraannya pada usia 18 tahun. Setelah itu ia pergi Bashrah dan bergabung dengan Amr ibnu Ustman, sampai delapan belas bulan bersamanya. Ia menikah dengan putri Ya’qub Al-Aqta’. Karena pernikahannya dengan Putri Ya’qub itulah membuat Amr ibnu Ustman menjadi tidak senang terhadap Al-Hallaj.

Karena itulah Al-Hallaj pergi meninggalkan Bashrah menuju Baghdad. Di sana ia menemui Junaid. Junaid memberikan syarat kepada Al-Hallaj, bahwa ia harus diam dan mengasingkan diri.

Setelah beberapa lama ia bersama Junaid, ia melanjutkan perjalanannya menuju Hijaz. Ia tinggal di Makkah selama satu tahun. Setelah itu ia kembali lagi ke Baghdad. Bersama sekelompok sufi ia sering menghadiri majelis Junaid dan sering mengajukan pertanyaan kepada Junaid, namun Junaid tidak menjawabnya.

Ketika Junaid menolak menjawab pertanyaan-pertanyaannya, Al-Hallaj merasa kesal dan tanpa pamit ia pergi menuju Tustar. Di sana ia tinggal selama satu tahun dan diterima dengan hangat oleh masyarakat, namun  karena ia sering merendahkan doktrin yang berlaku di tengah masyarakat saat itu, para ulama ulama pun akhirnya merasa jengkel lalu menentangnya.

Al-Hallaj pun sebenarnya sudah jemu dengan tempat itu. Ia lalu mencoba menanggalkan jubah sufinya, dan mengenakan jubah orang kebanyakan, dan menghabiskan hari-harinya bersama orang-orang kebanyakan (duniawi).

Namun upaya ini tidak membawa perubahan apa-apa bagi dirinya. Setelah itu ia menghilang selama lima tahun. Sebagian ia habiskan waktunya di Khurasan, dan Transoxiana, sebagian lagi di Sistan.

Al-Hallaj kemudian kembali ke Ahwaz. Di sana khotbah-khotbahnya mendapat dukungan dari kaum elite dan masyarakat kebanyakan. Ia sering berkhotbah tentang rahasia-rahasia manusia, sehingga ia dijuluki sebagai “Al-Hallaj Sang Rahasia.”

Setelah masa itulah ia mengenakan jubah Darwis yang compang camping lagi dan pergi menuju ke tanah Haram, bersama sekelompok orang dengan pakaian yang serupa. Saat ia tiba di Makkah, Ya’qub Al-Nahrajuri menuduhnya sebagai tukang sihir. Karena tuduhan itulah ia kembali lagi ke Bashrah, lalu ke Ahwaz.

“Sekarang aku akan pergi ke negeri-negeri kaum Polities, untuk menyeru manusia kepada Allah,” tuturnya.

Ia pun pergi ke India, Transoxiana, lalu ke Cina., menyeru manusia kepada Allah dan banyak menulis kitab untuk mereka.

Saat ia kembali dari pengembaraannya ke daerah-daerah itu, masyarakat di daerah-daerah tersebut menulis surat untuknya.

Orang-orang India memanggilnya Abul Mughis, masyarakat Cina menjulukinya Abul Mu’in, mereka yang di Khurasan mengenalnya sebagai Abul Muhr, orang-orang Parsi memanggilnya Abu Abdullah, masyarakat Khusiztan menjulukinya Al-Hallaj, sang Rahasia, di Bahgdad ia dijuluki sebagai Mustalim, sedangkan di Bashrah ia dikenal sebagai Mukhabbar.

Sekembalinya dari Makkah yang kedua kalinya, keadaannya telah banyak berubah. Ia adalah seorang “manusia baru”, menyeru manusia kepada kebenaran dengan menggunakan istilah-istilah yang sama sekali tidak dipahami oleh seorangpun. Karena itulah, diriwayatkan bahwa ia telah di usir dari lima puluh kota.

Dalam keadaan yang membingungkan seperti itulah, masyarakat terbelah menjadi dua kelompok berkaitan dengan Al-Hallaj, ada yang pro pada pendapatnya, dan ada banyak yang menentangnya. Walaupun mereka banyak yang menyaksikan keajaiban-keajaiban yang dilakukan oleh Al-Hallaj.

“Katakanlah, Dialah Kebenaran,” teriak mereka kepadanya.

“Ya, Dialah segalanya,” jawab Al-Hallaj. “Kalian mengatakan bahwa Dia hilang (tak dapat diindrai). Sebaliknya Husainlah (maksudnya dirinya) yang hilang (fana). Lautan tak akan surut ataupun lenyap.”

Masyarakat melapor kepada Syekh Junaid, “kata-kata Al-Hallaj mengandung makna esoteris.”

“Biarkan ia dieksekusi,” jawab junaid. “Sekarang ini bukanlah saat yang tepat bagi makna-makna esoteris.”

Ia dipenjara oleh Khalifah selama satu tahun. Namun selama dalam tahanan itu, masyarakat sering menjenguk dan menemuinya untuk mengkonsultasikan masalah-masalah mereka. Akhirnya mereka dilarang untuk mengunjungi Al-Hallaj. Setelah itu selama lima bulan tak ada seorangpun yang menemuinya, kecuali Ibnu Atha’ dan Ibnu Khafif.

Pada suatu kesempatan, Ibnu Atha’ mengirimkan pesan kepada Al-Hallaj. “Wahai Syekh, mintalah maaf atas segala ucapanmu agar engkau bisa bebas.”

Al-Hallaj menjawab, “Suruh ia yang mengatakan hal ini untuk meminta maaf.”

Ibnu Atha’ menangis saat mendengar jawaban ini. “Kita bahkan tidak memiliki secuil pun derajat dibanding dengan Al-Hallaj.” Katanya.

Diriwayatkan, pada malam pertama ia dipenjara, para sipir datang ke selnya, namun tidak menemukannya di sana. Mereka mencarinya ke seluruh sudut sel, namun ia tetap tidak ditemukan.

Pada malam kedua, mereka juga tidak menemukan baik Al-Jallaj maupun selnya.

Pada malam ketiga, mereka menemukannya berada di dalam selnya.

Para sipir itu bertanya, “Dimana engkau pada malam pertama, dan dimana engkau bersama sel ini di malam kedua? Kini engkau di sel ini kembali, tanda-tanda apa ini?”

Ia menjawab, “Di malam pertama, aku berada di dalam-Nya, karena itulah aku tidak berada di sini. Pada malam kedua, Dia berada di sini, maka aku dan sel ini pun tiada. Di malam ketiga, aku dikirim kembali, agar hukum dapat ditegakkan, ayo lakukan tugas kalian!”

Saat Al-Hallaj masuk penjara itu, ada tiga ratus orang tahanan lain di sana. Malam itu ia menyapa mereka, “Wahai para tahanan, maukah kalian aku bebaskan?”

“Mengapa tidak engkau bebaskan saja dirimu sendiri?” Tanya mereka.

“Aku adalah tahanan Allah, aku adalah pengawal keselamatan,” jawabnya. “Jika engkau mau, aku dapat melepaskan semua belenggu dengan satu isyarat.”

Al-Hallaj membuat satu isyarat dengan jari telunjuknya, dan semua belenggu mereka pun terbuka, hancul lebur.

“Sekarang bagaimana kita bisa pergi? Tanya para tahanan itu. “Karena pintu sel terkunci.”

Al-Hallaj membuat satu isyarat lagi, dan tembok penjara pun jebol.

“Sekarang pergilah kalian,” pekiknya.

“Engkau tidak ikut?” Tanya mereka.

“Tidak,” jawabnya. “Aku punya sebuah rahasia dengan-Nya yang hanya bisa diungkapkan di tiang gantungan.”

“Keesokan harinya para sipir bertanya padanya, “Kemana perginya para tahanan lainnya?”

“Aku telah membebaskan mereka,” jawab Al-Hallaj dengan santainya.

“Mengapa engkau tidak ikut pergi?” tanya mereka.

“Allah punya alasan untuk mencemoohku, maka aku tidak pergi,” jawabnya.

Kejadian di penjara ini dilaporkan kepada Khalifah. “Akan ada kerusuhan,” pekik Khalifah. “Bunuh dia, atau cambuk dia dengan tongkat sampai dia menarik kembali ucapannya.”

Mereka mencambuknya dengan tongkat sebanyak tiga ratus kali. Setiap kali cambuk mendera tubuhnya, sebuah suara ghaib berkata, “Jangan takut, wahai Ibnu Manshur!”

Kemudian mereka membawanya keluar untuk disalib. Dengan tiga belas belenggu yang berat di tubuhnya, Al-Hallaj melangkah dengan tegap sepanjang jalan, sambil melambaikan tangannya seperti seorang pengembara.

“Mengapa engkau berjalan dengan begitu pongah?” Mereka bertanya.

“Karena aku tengah berjalan menuju pejagalan,” jawabnya. sambil melantunkan bait-bait syait:

kekasihku tak bersalah
diberi-Nya aku anggur terbaik seperti Dia
laksana tuan rumah yang ramah, melayani tamunya.
Dan kala perjamuan telah berakhir,
Dia menghunus pedang dan kafan pun di gelar-Nya,
Itulah takdir,
Bagi ia yang meneguk anggur lama,
Di musim panas bersama singat tua.


Menurut Al-Hallaj, Allah SWT menciptakan menusia menurut bentuk-Nya, dalam pengertian bahwa, kendati manusia adalah makhluk dan bukan Tuhan, manusia mempunyai tabiat kemanusiaan  yang menyerupai tabiat ketuhanan Allah SWT. Dengan kata lain, tabiat kemanusiaan adalah tabiat ke-Tuhan-an yang tidak sempurna, sedangkan tabiat ketuhanan Allah SWT Maha Sempurna, suci dari kekurangan. Banyak sufi se zamannya yang berbicara seperti itu, misalnya Syekh As-Syibli, yang bahkan dianggap gila. Lain halnya dengan AL-Hallaj, ia tidak dianggap gila, tapi orang waras yang bijak.

    Banyak kisah menarik di sekitar Al-Hallaj, terutama pergaulannya dengan Junaid Al-Bagdadi. Pada suatu hari Syekh Junaid berkata, “Hai, Mansur (Al-Hallaj) tak lama lagi suatu titik dari sebilah papan akan diwarnai oleh darahmu!” maka sahut Al-Hallaj, “Benar, tapi engkau juga akan melemparkan pakaian kesufianmu dan mengenakan pakaian Maulwi Ana Al-Haq.”  Dan ternyata dua ramalan itu menjadi kenyataan. Pada suatu hari Al-Hallaj benar-benar dirangsang oleh “Api cinta Ilahiyah” dan kembali meneriakkan “Ana al-Haq” tanpa henti.


Para guru dan teman-temannya seperti Syekh Junaid dan As-Syibli, menasihati dia agar menahan diri. Namun ia tidak mempan oleh teguran itu. Al-Hallaj terus saja mengulang seruannya, “Ana Al-Haq,” setiap saat. Gara-gara itulah, kaum ulama syariat bangkit melawan Al-Hallaj, didukung oleh Hamid bin Abbas, Perdana Menteri Irak. Dan akhirnya keluarlah “Fatwa Kufur”, yang menyatakan bahwa Al-Hallaj melanggar ketentuan agama dan dapat dihukum mati.

Tapi ketika hukuman itu disampaikan untuk mendapat persetujuan Khalifah Muqtadir Billah menolaknya, kecuali fatwa tersebut di tanda tangani oleh Syekh Junaid Al-Bagdadi, maka Khalifah Muqtadir pun mengirimkan fatwa itu kepada Syekh Junaid – sampai enam kali. Pada kiriman yang ke tujuh, Syekh Junaid membuang pakaian kesufiannya lalu memakai pakaian keulamaan. Setelah itu ia menulis pada surat jawaban: menurut hukum syariat, Al-Hallaj dapat di jatuhi hukuman mati, tapi menurut ajaran rahasia kebenaran, Allah Maha Tahu!.

    Maka Al-Hallaj pun ditangkap pada tahun 913 M / 309 H. ia ditahan dan dijebloskan kedalam penjara. Para ulama pro pemerintah menuduhnya sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak sesuai dengan syariat. Bahkan ia dituduh berkomplot dengan kelompok perusuh Qaramithah yang mengancam kedaulatan Bani Abbasiyah. Maka Al-Hallaj pun dihukum mati dengan cara disalib.


Saat mereka membawa Al-Hallaj ke tiang gantungan di Bab al-Taq, ia mencium kayunya dan menaiki tangganya sendiri.

“Bagaimana perasaanmu?” Tanya mereka.

“Mi’rajnya seorang kasatria adalah di tiang gantungan,” jawabnya.

Ia mengenakan celana sebatas pinggang dan mantel di bahunya. Sambil menghadap ke arah kiblat, ia menengadahkan kedua tangannya dan mulai bercengkrama dengan Allah.

“Apa yang diketahui-Nya, tak seorang pun mengetahuinya,” katanya. Lalu ia pun naik ke tiang gantungan.

Sekelompok orang pengikutnya bertanya, “Bagaimana menurutmu, mengenai kami yang merupakan para pengikutmu, dan mengenai mereka, yang hendak merajammu?”

“Mereka mendapat dua pahala, sedangkan kalian satu,” jawabnya. Kalian hanya berprasangka baik padaku, sedangkan mereka digerakkan oleh kekuatan keimanan terhadap Allah untuk menjaga kelurusan hukum-Nya.”

Kemudian As-Syibli mendekat dan berdiri di hadapannya sambil berkata, “Bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?” pekiknya. Lalu ia bertanya, “Wahai Al-Hallaj, apa itu sufisme?”

Al-Hallaj menjawab, “Yang engkau lihat ini adalah derajat terendahnya.”

“Lalu apa yang lebih tinggi daripada ini?” tanya As-Syibli.

“Yang tak dapat engkau capai,” jawab Al-Hallaj.

Orang-orang mulai melempari Al-Hallaj dengan batu. Sedangkan As-Syibli, demi menyesuaikan diri, melempar segumpal tanah. Al-Hallaj merintih.

Mereka bertanya, “Engkau tidak merintih saat dilempar dengan batu-batu itu. Tapi mengapa engkau merintih sewaktu terkena lemparan segumpal tanah?”

“Karena mereka yang melemparku dengan batu tidak mengetahui apa yang mereka lakukan. Mereka punya alasan. Sedangkan ia yang melempar gumpalan tanah itu, ia mengetahui bahwasanya tidak seharusnya ia melakukan itu kepadaku. Itulah yang menyakitkanku.”

Kemudian mereka memenggal kedua tangannya, Al-Hallaj pun tertawa.

“Mengapa engkau tertawa?” pekik mereka.

“Sungguh mudah memenggal kedua tangan orang seseorang yang terbelenggu,” jawabnya. “Namun dibutuhkan seorang kasatria untuk memenggal tangan-tangan segenap sifat yang melepaskan mahkota cita-cita dari dahi-Nya.”

Mereka memotong kedua kakinya. Ia pun tersenyum.

“Dengan kedua kaki ini, aku melakukan perjalanan duniawi,” katanya. “Dengan dua kaki lainnya yang kupunya, aku bahkan bisa berjalan di dua alam (dunia dan akhirat). Jika kalian mampu, potonglah kedua kaki itu!”

Lalu ia mengusapkan kedua tangannya yang bunting ke wajahnya, sehingga lengan dan wajahnya berlumuran darah.

Mereka bertanya, “Mengapa engkau melakukan itu?”

“Aku telah kehilangan banyak darah,” jawabnya. “Aku sadar bahwa wajahku telah memucat. Kalian menyangka bahwa pucatnya wajahku disebabkan oleh ketakutanku. Maka kuusapkan darah ke wajahku agar pipiku tampak semerah mawar di mata kalian. Riasan para ksatria adalah darah mereka.”

“Lalu mengapa engkau juga melumuri lenganmu dengan darah?”

“Aku tengah berwudlu.”

“Wudlu untuk apa?”

“Saat seseorang hendak mendirikan shalat dua rakaat dalam cinta,” jawab Al-Hallaj. “Wudlunya belum sempurna bila tidak dilakukan dengan darah.”

Kemudian mereka mencungkil kedua bola matanya. Raungan terdengar di antara kerumunan orang. Sebagian menangis, sebagian melempar batu. Lalu mereka hendak memotong lidahnya.

“Sabarlah sedikit, beri aku waktu untuk mengutarakan sepatah-dua patah kata,” ujarnya. “Ya Allah, pekiknya sambil menengadahkan wajahnya ke langit. “Janganlah engkau usir mereka dari haribaan-Mu lantaran apa yang mereka lakukan padaku karena Engkau. Jangan pula Engkau cabut kebahagiaan ini dari mereka. Segala puji bagi Allah, karena mereka memotong kedua kakiku saat aku tengah meniti jalan-Mu. Dan jika mereka memenggal kepalaku, sungguh mereka telah mengangkatku ke tiang gantungan, merenungkan keagungan-Mu.”

    Sebelum dihukum mati, ia shalat dan berdoa, “Ya Allah, mereka adalah hamba yang berhimpun untuk membunuhku, karena fanatik kepada agama-Mu dan hendak mendekatkan diri kepada-Mu. Maka ampunilah dan berilah rahmat kepada mereka. Karena jika engkau membuka hati mereka, seperti engkau membuka hatiku, mereka tidak akan melakukan seperti yang sedang mereka lakukan terhadapku. Dan jika engkau tutup hatiku seperti engkau menutup hati mereka, niscaya aku tidak akan diperlakukan seperti ini.”


Kemudian mereka memotong daun telinga dan hidungnya. Seorang yang membawa kendi kebetulan hadir di sana. Melihat Al-Hallaj, ia memekik, “Penggal, penggal dengan keras dan benar! Apa urusannya ia bicara tentang Tuhan?”

Kata-kata terakhir yang diucapkan Al-Hallaj adalah “Cinta-Nya adalah pengasingan-Nya.” Kemudian ia membaca sebuah ayat: “Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang beriman merasa takut padanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi).”

Itulah kata-kata terakhirnya.

Kemudian mereka memotong lidahnya. Baru ketika shalat maghrib tiba mereka memenggal kepalanya. Bahkan saat mereka memenggal kepalanya, Al-Hallaj tersenyum, lalu setelah itu ia meninggal dunia.

Tangisan membahana dari kerumunan orang. Al-Hallaj telah membawa bola takdir ke batas medan tawakal. Tiap potongan tubuhnya menyerukan, “Akulah Kebenaran.”

Keesokan harinya mereka mengatakan, “masalah ini akan bertambah buruk ketimbang saat ia hidup.”

Maka mereka pun membakar jasadnya. Dari abunya pun terdengar seruan, “Akulah Kebenaran.” Bahkan pada saat pembantaiannya, tiap tetes darahnya membentuk nama Allah”.

Mereka tercengang melihat semua itu, lalu mereka membuang abunya ke Sungai Tigris. Abunya mengambang di permukaan sungai Tigris dan terus menyerukan, “Akulah kebenaran.”

Sebelum dieksekusi Al-Hallaj telah berpesan kepada pembantunya, “Saat mereka membuang abu jasadku ke Sungai Tigris, Baghdad akan terancam tenggelam. Hamparkanlah jubahku di sungai, kalau tidak, Baghdad akan hancur.”

Pembantunya, saat melihat apa yang terjadi, membawa jubah Al-Hallaj dan menghamparkannya di tepi Sungai Tigris. Air pun surut dan abu Hallaj pun diam. Kemudian mereka mengumpulkan abunya dan menguburkannya.

Kematian Al-Hallaj merupakan kehilangan besar sekaligus noda hitam dalam dunia tasawuf. Namun pemikirannya tetap hidup terus, tak lekang oleh ruang dan waktu.

(Sumber kisah Al-Kisah Nomor 16 . 2 –15 Agt 2004)

Kamis, 16 Januari 2014

DNS Jumper

Apa itu DNS Jumper ? DNS adalah sebuah software atau tool yang digunakan untuk mengganti DNS. Jika kita ingin mengganti DNS kita,mengapa kita terkadang perlu mengganti DNS? ada beberapa faktor.


Berikut link situs yang menjelaskan tentang cara penggunaan Software DNS Jumper :

1. Download Dns Jumper
2. Cara mudah menemukan dns tercepat
3. Cara melewati situs yang terblokir

Rabu, 25 Desember 2013

Ayah Kembalikan Tanganku

KARENA biaya hidup di kota besar serba sulit, biaya makan mahal, pakaian yang dikenakan juga mahal maka sepasang suami istri itu keduanya harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yang kian bervariasi.

Karena semuanya serba mahal maka semuanya juga harus mensiasati tingkah laku keadaan, keadaan di mana semua toko-toko bak raksasa dengan berbusana cinderella mempertontonkan keistimewaan barang-barang baru yang mau tak mau cara-cara semacam itu semakin banyak ditiru. Dan dari situlah predikat kota terlihat nampak jelas; mahal, dan kota industri memaksa manusia-manusia kota menjadi konsumtif dengan produk-produk temuannya.

Sepasang suami istri itu juga semakin bertingkah laku seperti kebiasaan hidup di kota-kota besar, meninggalkan anak mereka untuk diasuh oleh seorang pembantu rumah tangga.

Siang ini, pembantunya membiarkan Niyah sendirian bermain di rumah. Karena memang pekerjaannya tidak hanya untuk mengurusi anak majikannya saja. Dapur dan pembantu lebih akrab kedengarannya, itulah sebab kenapa pembantu harus ada. Kehidupan kota membuat jarak antara wanita dan dapur, bahkan pembantu lebih hafal sudut-sudut rumah ketimbang majikannya.

Niyah asyik bermain di atas ayunan yang dibeli ayahnya. Hampir setiap hari ia selalu begitu, terkadang memetik beberapa tangkai bunga melati, bunga kertas dan sedikit mengumpulkan pasir sekadar bermain masak-masakan seorang diri menirukan cara pembantunya ketika sedang memasak.

Dengan tangannya yang mungil, Niyah meraup pasir itu berulangkali. Harapannya dengan memasak lebih banyak ia bisa sedikit membagikannya pada si Moli, kucing kesayangannya. Niyah terus berfantasi hingga pada akhirnya ia melihat sebatang paku karat menyembul di antara pasir yang hendak diraupnya.

Niyah mengurungkan niatnya memasak, dibawanya paku karat itu di sebuah sudut dekat garasi mobil. Diapun mulai menggambari lantai itu, tetapi karena lantainya terbuat dari marmer, coretannya itu tidak nampak jelas olehnya. Ia kemudian berpindah ke tempat lain, juga masih coretannya belum nampak jelas. Niyah mendekati mobil baru ayahnya, pelan Niyah mencoba menempelkan ujung paku itu, betapa gembiranya Niyah melihat usahanya membuat garis melingkar berhasil. Ya…karena warna mobil itu gelap, coretannya sudah pasti tampak jelas. Ia kemudian terus menggambar seperti layaknya kanak-kanak, pertama-tama ia menggambar gunung dengan matahari di tengah-tengahnya. Saat itu, sengaja orang tuanya menggunakan sepeda motor ke tempat kerja karena jalanan macet oleh sebab demonstrasi para mahasiswa yang menuntut agar pergantian presiden dipercepat karena dinilai tidak lagi mendengarkan aspirasi rakyatnya.

Setelah penuh coretan yang sebelah kanan, dia berpindah ke sebelah kiri. Dia segera membuat gambar ibu dan ayahnya, kemudian di tengah ia menggandeng kedua tangan orang tuanya.

Belum puas dengan itu semua, dia kemudian menggambar ayam, kucing, ikan dan bunga-bunga sebagaimana mengikuti imajinasinya. Dia terus saja menggambar sementara pembantu rumah sedang sibuk bekerja di dapur.

***

Saat petang tiba, akhir dari sebuah rutinitas kesibukan berakhir, kedua pasangan suami istri itu pulang dengan wajah yang lelah sehabis seharian bekerja. Ketika si ayah hendak memasukkan sepeda motornya ke garasi, detak jantungnya berdegup kencang. Ia terkejut melihat mobil yang baru dibelinya sudah berganti rupa, mobil yang belum lunas itu sudah dipenuhi coretan-coretan. Ia membalikkan badannya beberapa kali memutari mobilnya itu, semuanya penuh. Warna gelap kesukaannya berhias garis-garis putih yang melurus, melengkung memenuhi semua bagian depan, belakang dan samping mobilnya. Pada tempat tertentu, coretan itu ada yang melesak jauh ke dalam seakan di antara garis tipis-tipis yang mengitari bulatan itu adalah matahari yang sedang menyala, matahari yang panas, matahari yang menyengat. Si ayah yang belum lagi masuk ke dalam ini pun terus menjerit sekerasnya.

“Siapa yang mencoret-coret mobil ini!!!?”

Pembantu rumah tersentak dan lekas-lekas berlari menengok keluar diikuti istrinya. Keduanya terkejut bukan kepalang. Pembantu itu mengelus dadanya sambil beristighfar. Raut mukanya pucat menahan takut lebih-lebih menyaksikan tatapan wajah tuannya yang bengis seakan ingin menelan tubuhnya.

Dua kali bertanya, dua kali pula pembantunya itu terkejut mendengar bentakan tuannya.

Melihat itu semua si istri mulai berang, lima centimeter dari wajah pembantunya si istri mendamprat dengan sekeras-kerasnya.

“Tak tahu, nyonya…,” jawab pembantu itu semakin ketakutan, apalagi melihat bola mata nyonyanya itu membulat besar melototinya.

“Lantas apa saja yang kau buat sepanjang hari di rumah?” hardik si istri begitu geram senada kemarahan yang diluapkan oleh suaminya.

Dari dalam, si anak yang mendengar suara kedua orangtuanya, lantas keluar dari kamar. Ia sudah biasa seperti itu, kedatangan kedua orang tuanya adalah saat-saat yang membahagiakan. Sampai di luar dengan penuh manja dia berkata; “Niyah yang membuat itu ayah…baguskan?” katanya sambil memeluk ayahnya ingin bermanja seperti biasa. Si ayah yang sudah hilang sabarnya segera mematah sebatang dahan kecil dari pohon bonsai terus dipukulkan berkali-kali ke telapak tangan anaknya. Niyah menjerit kesakitan meminta tolong pada ibunya, tapi sang ibu hanya diam. Apalagi ketika suaminya semakin keras memukul kedua bagian dari telapak tangannya seolah merestui dan ikut puas dengan hukuman yang dijatuhkan suaminya. Hukuman yang pantas untuk anak yang nakal.

Pembantu rumah terbengong, tidak tahu hendak berbuat apa, si ayah dengan sekuat tenaga terus bergantian memukuli tangan kanan dan kiri anaknya secara bergantian. Niyah meronta-ronta, menangis sangat hebatnya. Setelah menyadari banyak darah yang keluar, si ayah baru melepaskan tangan anaknya itu dan segera masuk ke rumah diikuti oleh istrinya.

Pembantu itu ngeri melihat kucuran darah yang berceceran di lantai. Ia segera menggendong Niyah masuk ke dalam rumah dan membawanya ke kamar. Niyah terus saja menangis menahan pedih yang tak kira sakitnya ketika pembantu itu dengan hati-hati mmbersihkan luka tangan Niyah. Setelah tangan Niyah terbungkus perban, pembantu rumah segera memandikan Niyah. Sambil menyiram air, sambil ikut menangis, Niyah menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukannya terkena air. Usai itu, pembantu rumah kemudian menidurkan Niyah dan si bapak sengaja membiarkan anaknya itu tidur bersama pembantu rumah.

***

Tiba esok harinya, kedua belah tangan Niyah bengkak. Sebelum kedua majikannya berangkat seperti biasa. Pembantu rumah mengadukan perihal tangan Niyah.

“Oleskan obat saja!” begitu perintah Tuannya dengan acuh. Mukannya masih bersungut-sungut ketika memaksa pandangannya diarahkan pada mobilnya.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anaknya itu yang hampir seharian tidak keluar dari kamar pembantu. Malahan si bapak berniat kembali memarahi Niyah, namun urung saat pembantunya bilang kalau Niyah sedang tidur. Setiap kali memandang mobil itu selalu bathin si ayah selalu tertekan dan segenap emosinya memuncak untuk menumpahkannya kembali pada Niyah.

Tiga hari terlewati, lepas begitu saja dan berlalu tanpa si ayah dan si ibu menjenguk Niyah di dalam kamar pembantunya. Perhatian mereka sebatas bertanya saja bagaimana keadaan Niyah pada pembantunya.

“Niyah demam…,” suatu kali jawab pembantunya ringkas.

“Kasih minum panadol,” jawab si ibu lalu masuk kamar tidurnya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan majikannya kalau suhu badan Niyah terlalu panas.

“Sore nanti saja kita bawa ke dokter praktek,” kata majikannya itu sambil bergegas berangkat kerja.

Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke dokter praktek. Dokter mengarahkan agar Niyah dirujuk ke rumah sakit karena keadaannya yang serius. Setelah seminggu rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.

“Tidak ada pilihan…,” katanya mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena infeksi dan segala macam yang terjadi sudah terlalu parah.

“Jaringan organ kulit bagian dalam tangannya sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya, kedua tangan itu perlu di potong dari siku ke bawah.” Ucap dokter.

Si ayah dan si ibu bagaikan terkena halilintar setelah mendengar kata-kata itu. Dunia terasa berhenti berputar, tapi apa lagi yang dapat dikata. Si ibu meraung menerobos tubuh dokter itu dan segera merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata istrinya, si bapak gemetar menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari bilik pembedahan, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia heran melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Di tatapnya muka si ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis.

Dengan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata ;

“Ayah…ibu…Niyah tidak akan mencoret-coret mobil lagi. Niyah tak mau ayah pukul. Niyah sayang ayah…sayang ibu,” ucapnya berulangkali membuat si ibu gagal menahan sedihnya.

“Niyah juga sayang kak Ita…,” katanya memandangi wajah pembantunya yang kemudian meraung menyaksikan Niyah yang tak berdaya seperti itu.

“Ayah…kembalikan tangan Niyah. Untuk apa ambil tangan Niyah. Sungguh, Niyah janji tidak akan mengulanginya lagi. Bagaimana caranya Niyah mau makan nanti? Bagaimana Niyah mau bermain? Niyah janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi,” ucapnya berulang-ulang.

Serasa lepas jantung si ibu mendengar kata-kata anaknya. Ia meraung dan berteriak memukuli dada suaminya dengan sekuat hati meluapkan kesedihannya. Tak lama kemudian si ayah dengan perasaan kalut menuju tempat mobilnya di parkir, lukisan matahari, ayam, kucing dan bunga itupun kini telah remuk kehilangan bentuk aslinya di sana, di bawah jurang. Dan esoknya mereka kembali rutin bekerja, bekerja yang sia-sia untuk merawat luka-luka.***
 
(Karya Harie Insani Putra,Dimuat di Radar Banjarmasin)

Kamis, 19 Desember 2013

Perbandingan Slide Antara Bill Gates dan Steve Jobs

Slide Bill Gates :


Slide Steve Jobs :

 

Tips Membuat Presentasi ala Bill Gates


Membuat slide presentasi dengan powerpoint kini mungkin telah menjadi satu ketrampilan yang harus dikuasai oleh banyak orang – entah Anda seorang mahasiswa, dosen, trainer, pekerja kantoran, atau seorang pengusaha seperti Saya. Problemnya, hingga hari ini Saya masih sering menyaksikan mutu slide presentasi yang pas-pasan, untuk tidak mengatakan berantakan. Beberapa waktu lalu misalnya, Saya menyaksikan tayangan presentasi dari seorang petinggi dari sebuah organisasi publik, dan sesaat setelah melihat halaman pertama slide, nafsu saya mendengarkan ceramahnya mendadak lenyap. Penyebabnya mutu slide presentasi yang ditayangkan benar-benar memilukan.

Tragedi slide presentasi semacam itu mestinya bisa dihindari jika kita tidak melakukan 3 kesalahan fatal yang acap saya temui. Mari kita telusuri tiga kesalahan ini satu per satu.

Kesalahan pertama : memindahkan word ke powerpoint. Maksudnya, powerpoint dan word adalah dua aplikasi dengan fungsi yang amat berbeda. Sialnya, perbedaan yang amat mendasar ini seringa dilupakan orang ketika membuat slide presentasi. Demikianlah, Saya melihat kalimat-kalimat panjang dan rinci dari word langsung saja dicopy paste ke dalam powerpoint – dengan font yang kecil (misal ukuran 12 atau 14). hal tersebut bisa disebut “powerpoint abuse” atau penganiayaan slide presentasi.

Solusinya : jika Anda akan menulis persentasi dengan bullet point, mungkin ada baiknya jika kita mengingat 5 x 5 rule. Aturan yang bisa diterapkan secara fleksibel ini intinya mengajak kita untuk hanya membuat maksimal 5 bullet point dalam setiap halaman slide; dan masing-masing poin sebaiknya terdiri tak lebih dari lima kata. Slide presentasi adalah slide presentasi. Maksudnya : tayangkan hanya poin-poin pokok dari gagasan yang ingin Anda sampaikan. Tulisankan gagasan itu dengan ringkas – hindari kesalahan fatal berupa keinginan untuk menampilkan kalimat-kalimat panjang dan rinci dalam sebuah slide.

Kesalahan kedua : SEMUA TULISAN MEMAKAI HURUF KAPITAL. Untuk judul sebuah slide mungkin bagus menggunakan huruf besar semua. Namun ketika Anda menjabarkan dalam poin-poin yang ringkas dalam baris sesudahnya, gunakan huruf non-kapital. Sebab kalimat panjang yang semua menggunakan HURUF KAPITAL terbukti justru sulit dibaca.
 


Selanjutnya, kalau bisa gunakan font dengan ukuran minimal 24 (ukuran yang lebih kecil akan membuat orang yang duduk dibelakang akan kesulitan membacanya). Dan jangan lupa, sebaiknya gunakan jenis huruf sans seriff seperti Arial, Verdana atau Georgia. Dan bukan jenis huruf seriff seperti Times New Roman. Sejumlah pakar presentasi menyebutkan, dalam medium digital seperti layar komputer, jenis huruf seperti Arial lebih mudah dibaca dibanding Times New Roman.

Dan jangan lupa juga satu hal : konsistensi. Maksudnya, jika kita menggunakan huruf Arial dengan font size 28, maka sebaiknya jenis dan ukuran inilah yang kita pakai dalam semua halaman slide. Ini perlu diingat, sebab tak jarang Saya melihat pemakaian jenis huruf yang tidak konsisten. Kesannya jadi berantakan dan tidak profesional.

Kesalahan ketiga : desain gambar yang kampungan dan ditata dengan serampangan. Untuk membuat slide lebih artistik, kita harus meletakkan gambar (image) yang relevan dan artistik. Sialnya, Saya banyak melihat slide dengan gambar yang dicomot dari clip art (banyak tersedia dalam powerpoint); dan sorry to say, hal ini akan membuat slide Anda terkesan kampungan. Apalagi jika clip art itu diletakkan secara serampangan tanpa memperhatikan segi estetika.


Kalau ingin menambah satu atau lebih gambar, carilah gambar (image) yang professional, jangan pakai clip art. Dan yang tak kalah penting : semuanya ditata dengan memperhatikan aspek estetika, dan sekali lagi konsisten. Maksudnya, style peletakan gambar kalau bisa mengacu pada pola tertentu yang konsisten.

Demikianlah, tiga kesalahan fatal yang mestinya bisa kita hindari jauh-jauh ketika kita hendak membuat slide presentasi. Sebab dengan itulah kita mungkin baru bisa mendesain sebuah slide yang elok nan menggetarkan. Dan bukan deretan slide yang garing nan membosankan. Dengan mutu yang memilukan.

(Sumber: strategimanajemen.net)

Rabu, 18 Desember 2013

Teknik Presentasi gaya Steve Jobs

Inilah rahasia teknik presentasi Steve Jobs yang menawan itu. Teknik presentasi luar biasa yang dia pakai dalam Keynote Address di Apple World Wide Conference, Macworld dan berbagai sesi presentasi lainnya. Penampilan Jobs dalam sebuah presentasi selalu dinanti banyak orang. Lewat teknik presentasi kelas dunia yang khas, dia berhasil menunjukkan bagaimana mengemas presentasi secara menarik layaknya sebuah pertunjukan atraktif.

Dalam pembukaan buku Presentasi Memukau saya telah menjelaskan bagaimana Steve Jobs tampil luar biasa dalam sebuah presentasi. Mulai dari membuka presentasi secara menarik, menampilkan data dan fakta dengan cara berbeda, melakukan demonstrasi produk yang mengundang decak kagum sampai menciptakan momentum dan klimaks yang ditunggu seluruh audiens.

Dan inilah 9 rahasia teknik presentasi Steve Jobs buat kesuksesan presentasi Anda:

1. Ciptakan Cerita Di Balik Sebuah Presentasi

Tahukah Anda rahasia penting di balik setiap presentasi yang memukau?
Rahasia itu adalah bagaimana menciptakan cerita di balik sebuah presentasi. Semua orang suka dengan cerita. Dan presentasi yang memiliki cerita di dalamnya akan selalu dikenang audiens.

Alasannya sederhana, cerita mudah diingat. Itu mengapa Anda akan selalu ingat cerita masa kecil yang dikisahkan orangtua Anda dulu. Audiens akan ingat cerita Anda dan cepat melupakan hal-hal lainnya.

Steve Jobs menguasai betul teknik ini. Dalam setiap presentasi dia selalu menyampaikan sebuah cerita. Ketika memperkenalkan iPod di tahun 2001, dia tidak sedang menjelaskan sekedar alat pemutar MP3.
Steve Jobs memilih untuk menceritakan iPod sebagai “1000 lagu yang ada di dalam saku Anda.”

Steve Jobs memperkenalkan iPod


Dalam presentasi yang dia bawakan, Jobs memasukkan sendiri iPod tersebut ke dalam saku celananya. Inilah cerita yang kemudian beredar tentang sebuah alat yang bisa menampung 1000 lagu di dalam kantong Anda.

Ketika memperkenalkan iPhone untuk pertama kalinya di tahun 2007, Steve Jobs tidak ingin produk tersebut hanya dikenal sebagai sebuah ponsel pintar. Melainkan Jobs menyebutnya sebagai ponsel yang mengerti penggunanya.

Sebuah ponsel yang menggabungkan alat komunikasi, menikmati multimedia dan penghubung ke dunia internet. Itulah cerita yang disampaikan oleh Jobs.
Sampaikan sebuah cerita dan audiens akan terus mengingat presentasi Anda. Itulah teknik presentasi kelas dunia.

2. Slide Sederhana Namun Kuat Secara Visual

Sebuah slide yang baik seringkali bukan slide yang rumit. Slide yang baik adalah slide yang sederhana, tepat sasaran, dan membantu audiens menangkap dengan cepat gagasan yang ingin disampaikan presenter.
Dalam setiap presentasi, Steve Jobs selalu menggunakan slide-slide yang sangat sederhana. Kadangkala slide tersebut hanya berisi gambar tanpa kata-kata. Ada kalanya slide tersebut hanya berisi angka yang ditulis sangat besar.

Gambar-gambar berikut ini menunjukkan langsung beberapa contoh slide yang dipakai Steve Jobs. Anda bisa melihat betapa simpel slide yang dipakai.


Steve Jobs menjelaskan perkembangan produk iPod dari waktu ke waktu menggunakan slide hanya berupa gambar tanpa teks sama sekali


Dalam banyak kesempatan, Steve Jobs menggunakan angka yang ditulis besar-besar dalam slide-nya untuk memberi penekanan pada data yang sedang dibahas

Jangan salah, meskipun sederhana, slide tersebut memiliki kekuatan visual. Lewat gambar yang tepat, Steve Jobs mampu menggugah imajinasi audiens untuk membayangkan apa yang sedang dia ceritakan.

Ketika menampilkan angka, Jobs tidak ingin hanya angka tersebut hanya tampil sebagai sebuah nilai yang tidak dipahami audiens. Dia menjelaskan kepada semua orang cerita di balik angka tersebut.


Mayoritas slide yang dipakai Steve Jobs sangat sederhana. Hanya berupa gambar disertai sedikit teks. Adapun penjelasan lebih mendalam disampaikan langsung oleh Steve Jobs sebagai presenter


Jobs tidak pernah membaca slidenya baris per baris seperti yang dilakukan banyak presenter. Dia menjadikan slide sebagai alat pendukung visual dari cerita yang sedang dia sampaikan.
Hebatnya lagi, dia tidak membuat perhatian audiens tertuju kepada slide itu sendiri. Jobs membuat audiens bisa memahami dengan cepat slide yang tampil untuk kemudian memusatkan perhatian pada apa yang dia sampaikan sebagai presenter.


Ketika membandingkan ukuran layar berbagai ponsel cerdas yang ada di pasaran pada tahun 2007, dengan cerdas Jobs menampilkan slide yang menunjukkan keyboard berbagai ponsel cerdas tersebut. Jobs mengatakan betapa keyboard tadi memakan tempat yang sangat banyak dan tidak fleksibel digunakan ketika berpindah-pindah aplikasi. Lewat gambar sederhana namun menggugah dia mampu menjelaskan pesannya dengan kuat.

Jika Anda ingin mencontoh teknik membuat slide ala Steve Jobs, belajarlah membuat slide yang sederhana, namun kuat secara visual. Rancang slide yang cepat dipahami audiens dan mendukung isi presentasi Anda.

3. Gunakan Aturan Tiga Bagian

Dalam penulisan pidato, dikenal aturan tiga bagian. Ini dilakukan karena orang terbiasa memahami banyak hal lewat tiga bagian.
Jobs tahu betul kekuatan di balik tiga bagian ini dan dia menggunakannya di banyak kesempatan.
Ketika menjelaskan apa itu iPhone, Jobs tidak menceritakan terlalu banyak hal yang bisa membuat orang bingung. Dia merangkumnya sebagai sebuah ponsel revolusioner yang memiliki tiga fungsi:
  • Sebuah iPod yang menghibur
  • Sebuah ponsel cerdas
  • Sebuah alat komunikasi internet yang hebat
Gambar berikut menunjukkan bagaimana Jobs menjelaskannya dengan sangat sederhana.


Inilah cara Steve Jobs menggunakan konsep tiga bagian dan merangkum sebuah produk dalam 3 bagian sederhana. Dengan cara ini, Steve Jobs mampu menjelaskan sesuatu yang kompleks dengan cara sangat sederhana

Dengan tiga hal tersebut, apa yang dia sampaikan mudah diingat oleh audiens sekaligus mampu merangkum seluruh fitur lainnya. Jumlah lebih dari tiga sulit diingat audiens. Sementara kurang dari tiga terlalu sedikit sehingga kurang menarik. Gunakan tiga bagian informasi untuk menciptakan kekuatan pada presentasi Anda.

4. Bantu Audiens Memahami Statistik dan Data

Sebuah presentasi kadangkala memerlukan statistik dan data untuk menyampaikan informasi penting kepada audiens. Namun sayangnya, statistik dan data seringkali terasa hambar. Bahasa gaulnya “garing”.

Lantas bagaimana membuat statistik dan data menjadi bermakna? Caranya adalah dengan mengangkat kisah di balik statistik dan data. Ingat, audiens tidak peduli dengan angka yang Anda tampilkan. Melainkan mereka peduli dengan cerita di balik angka tersebut. Ketika menjelaskan jumlah lagu yang didownload lewat iTunes, Jobs menyampaikan data sederhana dengan mengatakan 2 milyar lagu telah didownload. Sama dengan 5 juta lagu didownload perhari.

Tidak berhenti sampai di situ, Jobs menambahkan cerita bahwa angkat tersebut berarti 58 lagu dibeli orang setiap detik. Untuk lebih memudahkan audiens membayangkannya, Jobs mengatakan,“Ini terjadi setiap menit dalam setiap jam dalam setiap hari.”


Dalam presentasi tahun 2007, Steve Jobs menjelaskan 5 juta lagu didownload setiap hari dari iTunes

Perhatikan bagaimana Jobs mampu menampilkan cerita yang menarik di balik angka. Jika audiens hanya diberikan data 2 milyar lagu yang sudah terjual atau 5 juta lagu per hari, mungkin mereka sulit membayangkan apa arti angka tersebut. Tapi ketika Jobs membantu dengan analogi bahwa jumlah itu sama dengan 58 lagu per detik setiap harinya, maka audiens dengan cepat bisa membayangkan bahwa angka tersebut sangatlah besar.


Untuk menekankan jumlah 5 juta lagu per hari, Steve Jobs menjelaskannya dengan 58 lagu setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap harinya

Ingat, jangan hanya menampilkan angka, statistik ataupun data. Jelaskan pula cerita yang ada di balik angka-angka tersebut. Dengan demikian data dan statistik Anda memiliki kekuatan serta daya pikat. Audiens akan mudah memahaminya sekaligus bersimpati dengan data yang Anda tampilkan.

5. Ciptakan Momentum Kejutan Luar Biasa

Sebuah presentasi yang hebat memiliki kejutan yang membuat audiens terperangah. Jika Anda ingin tampil memukau, ciptakan sebuah momentum yang akan memberi kejutan kepada audiens. Inilah yang dilakukan Steve Jobs dalam berbagai kesempatan presentasinya. Pada tahun 2008, Jobs bercerita bahwa Apple telah membuat notebook paling tipis di dunia, Jobs menunjukkan gambar betapa tipis dan ringannya notebook tersebut.

Ketika audiens membayangkan kira-kira seberapa tipis notebook tersebut, tiba-tiba Steve Jobs mengambil sebuah amplop dan mengeluarkan notebook MacBook Air dan menunjukkannya di hadapan audiens.
Penonton terperangah.


Steve Jobs mengeluarkan Macbook Air dari sebuah amplop biasa untuk menunjukkan betapa tipisnya produk tersebut. Steve Jobs berhasil menciptakan kejutan dalam presentasinya. Sebuah presentasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga tiba momentum untuk mengeluarkan notebook dari sebuah amplop biasa. Momen inilah yang membuat presentasi tersebut menjadi spektakuler.

Steve Jobs bisa saja sekedar menjelaskan spesifikasi teknis ukuran notebook tersebut. Namun cara ini tidak memberi kekuatan dan aspek emosional. Audiens sulit membayangkan beda sepersekian sentimeter.

Dengan mengeluarkan notebook tadi dari dalam amplop, maka penjelasan tentang notebook yang tipis menjadi sempurna. Tidak diperlukan ukuran teknis lagi untuk menjelaskannya.

Buat Anda yang ingin menjadi presenter luar biasa, pikirkan dan ciptakan momentum kejutan yang akan menjadi momen paling diingat oleh audiens sekaligus mampu merangkum keseluruhan presentasi Anda.

6. Latihan Untuk Kesempurnaan

Practice makes perfect.(Latihan menciptakan kesempurnaan),

Demikian kata orang bijak. Steve Jobs benar-benar memahami pentingnya sebuah latihan. Dan seorang Steve Jobs melakukan latihan dengan sungguh-sungguh. Meskipun memiliki posisi tertinggi di perusahaan, Steve Jobs selalu terlibat langsung dalam setiap persiapan presentasi yang dia bawakan. Dia memilih setiap slide yang akan tampil, kapan demonstrasi akan dimulai, bagaimana tata cahaya ketika sebuah kejutan akan tampil, sampai ke seluruh aspek detil lainnya.

Karena itu jangan heran jika Anda menyaksikan Steve Jobs sangat rileks dan terlihat begitu menguasai presentasi yang dia bawakan. Mulai dari kalimat pembuka sampai demonstrasi produk yang dia tampilkan.


Steve Jobs selalu menggunakan demonstrasi produk sebagai bagian dari presentasinya. Dia memilih bagian-bagian yang tepat untuk menjelaskan fitur dan cara kerja sebuah produk baru

Dia telah berlatih berjam-jam. Tidak hanya sekali, dua kali atau tiga kali. Steve Jobs melatih presentasinya puluhan kali. Itu mengapa setiap pilihan kata begitu pas, setiap momen tampil pada saat yang tepat, dan keseluruhan presentasi begitu harmonis. Itu semua bisa terjadi dengan latihan terus menerus sehingga tercipta kesempurnaan dalam sebuah penampilan presentasi. Jadi kesuksesan presentasi Jobs bukanlah kebetulan. Kesuksesan presentasi itu datang daripersiapan yang sangat matang serta kesungguhan untuk menampilkannya secara menarik.

Jika Anda merasa presentasi yang akan Anda bawakan sangat penting, tirulah apa yang Jobs lakukan. Latih dan ulang presentasi Anda sampai Anda betul-betul menguasainya. Kerja keras dari latihan yang sungguh-sungguh akan terbayar ketika Anda tampil memukau di hadapan publik.

7. Have Fun, Nikmati Presentasi Anda

Menyampaikan presentasi tidak harus selalu serius. Anda pun bisa bersenang-senang dengan presentasi yang Anda bawakan. Steve Jobs menunjukkan bagaimana dia menikmati presentasi yang dibawakan. Bagaimana dia menyelipkan humor yang menyegarkan ketika melakukan demonstrasi produk. Bagaimana dia memilih kata-kata yang mengundang audiens tersenyum.

Bahkan ketika sedang menyampaikan presentasi penting peluncuran iPhone di tahun 2007, terjadi sesuatu hal yang tak terduga. Tiba-tiba clicker yang digunakan Jobs tidak berfungsi.

Bukannya frustrasi atau marah, Jobs malah bercanda dan mengatakan “My clicker is not working.”Dia kemudian mengganti dengan clicker lainnya namun tetap tidak berfungsi.

Menghadapi situasi tak terduga yang mengganggu ini, Jobs tidak frustrasi. Dia mengalihkan pembicaraan dan bercerita apa yang dia lakukan bersama Steve Wozniak ketika masih duduk di bangku sekolah. Jobs bahkan menampilkan gerakan aneh di atas panggung sebagai “pengisi waktu” sampai clicker yang bermasalah tersebut teratasi.


Steve Jobs menampilkan gerakan akrobatik dalam presentasi peluncuran iPhone tahun 2007 setelah clicker yang dipakai sempat bermasalah.

Inilah salah satu ciri presenter kelas dunia. Mereka tidak terpengaruh oleh situasi tidak terduga yang mungkin muncul. Bayangkan jika Steve Jobs marah di atas panggung dan menunjukkan rasa kesal karena alat yang dia pakai tidak berfungsi, maka yang terjadi dia akan memberikan energi negatif kepada seluruh audiens dan merusak seluruh penampilannya.

Sebaliknya, Jobs memilih bersikap positif dan selalu “having fun”. Steve Jobs mengubah kejadian tidak menyenangkan menjadi sebuah hiburan singkat yang membuat dirinya dan audiens tetap menikmati presentasi yang dibawakan.
Nikmati presentasi yang Anda bawakan. Jika Anda merasa “fun” dengan presentasi Anda, maka semangat positif itu pun akan menular kepada audiens.

8. Tunjukkan Passion Anda

Sebagai seorang pembicara publik, Anda perlu menunjukkan passion Anda kepada audiens. Ingat, semangat itu menular. Jika Anda bersemangat, termotivasi, dan menunjukkan keyakinan, maka audiens pun akan terpengaruh.

Sebaliknya jika Anda tampil loyo, tidak yakin dengan apa yang dibawakan maka audiens pun akan jenuh dengan presentasi Anda.


Steve Jobs selalu menunjukkan semangat dan antusiasme dalam presentasinya

Inilah yang selalu dilakukan Jobs dalam presentasinya. Dia menjadi orang yang yakin betul dengan apa yang disampaikan. Itu mengapa semangatnya terpancar lewat tatapan mata, isyarat tubuh, kekuatan suara dan setiap demonstrasi yang dia lakukan. Tanpa passion maka presentasi Anda menjadi hambar. Tidak memiliki hentakan yang membuat audiens ingin terus menyaksikan. Tunjukkan semangat dan antusiasme lewat ucapan, bahasa tubuh, dan seluruh aspek komunikasi Anda.

9. Gunakan Kata-Kata Yang Powerful Namun Mudah Dipahami

Dalam setiap presentasi, sangat penting untuk mempersiapkan pilihan kata yang tepat pada momen yang tepat. Itu mengapa latihan sangat penting. Salah satu fungsi latihan adalah untuk menemukan dan melatih pilihan kata yang ketika disampaikan pada momen yang tepat akan menciptakan efek luar biasa pada presentasi Anda.

Steve Jobs memperhatikan betul hal tersebut. Ketika dia menyampaikan presentasi perkenalan iPhone, dia menyebutkan, “Today, Apple is going to reinvent the phone.”


Steve Jobs menggunakan tagline “Apple reinvents the phone” dalam banyak kesempatan ketika memperkenalkan produk iPhone.

Kalimat tersebut dia ulang beberapa kali pada momen yang berbeda. Apakah kalimat tersebut diucapkan Steve Jobs begitu saja di atas panggung?
Tentu saja tidak.

Dia sudah mempersiapkan kalimat tersebut untuk disampaikan pada momen yang tepat. Dan kalimat itu pula yang digunakan media massa ketika menerbitkan berita keesokan harinya.

Tidak hanya itu, Steve Jobs pun sangat sering menggunakan kata-kata yang menunjukkan semangat, antusiasme, rasa kagum dan hal positif lainnya. Berkali-kali dia menyebutkan:
Isn’t it amazing?” – Bukankah ini mengagumkan?
Isn’t that unbelievable?” – Bukankah hal itu tak dapat dipercaya?
The coolest thing about iPod is your entire music library fits in your pocket.” – Hal paling keren dari Ipod adalah seluruh koleksi musik Anda muat di dalam kantong saku.

Steve Jobs tidak pernah menggunakan kata-kata yang sulit dimengerti atau membuat audiens harus mengernyitkan dahi untuk memahaminya. Dia selalu memakai kata-kata sederhana. Kata-kata yang mampu menjelaskan ide dalam bahasa audiens-nya. Kata-kata yang menggugah dan menunjukkan antusiasme.

Meskipun berbicara tentang teknologi, apa yang Jobs sampaikan bisa dimengerti dengan mudah oleh orang yang gaptek sekalipun.
Ingat, Anda menjadi seorang presenter hebat bukan karena menggunakan kata-kata rumit agar terlihat terpelajar. Sama sekali tidak. Presenter hebat adalah orang yang mampu memilih bahasa paling sederhana yang mudah dan cepat dipahami audiensnya.

Teknik Presentasi Luar Biasa

Itulah rahasia teknik presentasi Steve Jobs yang dikagumi banyak orang. Jika Anda menerapkan teknik-teknik presentasi di atas, niscaya setiap kesempatan akan menjadi momen presentasi yang memukau audiens.

Jika Anda ingin memahami lebih jauh teknik-teknik presentasi Steve Jobs, Anda juga bisa membaca buku “The Presentation Secrets of Steve Jobs – How to Be Insanely Great in Front of Any Audience” yang ditulis oleh Carmine Gallo, seorang kolumnis Businessweek.com


Buku ini membahas secara mendalam aspek-aspek presentasi ala Steve Jobs disertai referensi kapan dan di mana Steve Jobs melakukannya. Buku tersebut juga sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Erlangga dengan judul: “Rahasia Presentasi Steve Jobs – Bagaimana Tampil Luar Biasa Hebat di Depan Setiap Audiens”.

Anda juga bisa mendownload presentasi Steve Jobs secara gratis dari website Apple. Ukuran setiap presentasi ini cukup besar yakni 1-2 Gigabytes dengan durasi hampir 2 jam. Walaupun demikian, menyaksikan presentasi Steve Jobs secara penuh dari awal sampai akhir akan membantu Anda melihat langsung bagaimana seorang presenter hebat tampil di atas panggung dan memukau audiensnya.

7 Aplikasi Seru Edit Foto Jadi Karikatur



Bosan dengan aplikasi edit foto yang itu-itu aja, ? Tenang, gimana kalau sekarang kita edit foto jadi seperti karikatur, kartun, atau sketsa? Dijamin akan lebih lucu, Hebatnya, sekarang sudah banyak tersedia aplikasi gratis yang bisa mengubah foto biasa jadi seperti karikatur atau sketsa. Cari tahu, yuk, aplikasi-aplikasi tersebut.

Caricature Photo To Cartoon

Software ini bisa mengubah foto jadi gambar kartun, Versi terbarunya, yaitu v 6.0.0 punya banyak efek yang bisa memaksimalkan efek kartun pada hasil editan. Cara memakainya gampang banget, bahkan buat pemula sekalipun. Kita tinggal mengambil foto yang mau diedit lalu tinggal mengatur outline dan warna sesuai keinginan.

Image Cartoonizer

Software ini akan membantu kita dalam meng-cartoonize foto dengan efek yang kita suka. Software yang tersedia untuk Windows ini bisa mengkonversi semua foto yang kita miliki, bahkan dalam resolusi besar sekalipun, ke dalam bentuk kartun dengan sangat cepat. Dan, hasil yang tentunya memuaskan. Kita juga bisa membuat beberapa penyesuaian, seperti mengatur warna, mengubah kontras atau kecerahan, bahkan cropping, sebelum dijadikan bentuk kartun.

Mo Man Xiang Ji (Magic Man Camera)

Nah, kalau ini kita bisa mengedit foto jadi bentuk karikatur langsung dari smartphone. Aplikasi gratis ini sekarang lagi hype banget di kalangan pengguna Android dan IoS meski susah dimengerti karena seluruh tampilannya menggunakan aksara Cina. Aplikasi ini menyediakan banyak fitur yang membuat foto kita jadi makin unik, seperti model rambut, aktivitas yang diinginkan, kacamata, kumis, dagu, dan disesuaikan dengan jenis kelamin kita.

Cartoon Camera

Aplikasi ini bisa mengubah foto jadi seperti kartun atau sketsa. Cara memakainya gampang banget, Kita bisa menyesuaikan warna foto ketika diubah, tebal garis pinggir atau outline, dan memberikan efek atau filter tertentu pada foto. Sayangnya, kita hanya bisa mengubah foto yang langsung diambil menggunakan kamera ini, enggak bisa mengedit foto yang sudah ada.

Sketch Guru

Aplikasi ini bisa mengubah tampilan foto biasa jadi seperti sketsa, Bedanya dibanding Cartoon Camera, kita bisa mengedit foto yang sudah ada. Ada dua pilihan sketsa di sini, coloring dan pencil. Selain itu, kita juga bisa mengedit warna dan kecerahan sesuai yang diinginkan.

PicsArt

Mengubah foto jadi bentuk komik atau karikatur hanya salah satu fungsi aplikasi ini. Bisa dibilang PicsArt jadi one stop entertainment karena untuk mengedit apa saja bisa di sini. PicsArt menawarkan banyak fitur seperti filter, frame, stiker, efek teks, clip art, cropping, rotasi, pengaturan, kedalaman warna, efek artistik, efek kartun, lomo, vintage, pensil, water color, smart blur, red eye, komik, neon, kontur, pop art, pastel, bahkan sampai mengedit wajah dengan efek splash warna dan gaya artistik.

Paper Camera

Aplikasi ini juga bisa mengubah foto jadi seperti bentuk kartun atau coretan tangan. Di sini, ada banyak pilihan efek yang bisa kita pilih, seperti efek model sketsa, model kartun, sampai ke efek yang membuat foto jadi enggak jelas, he-he-he. Selain mengedit foto yang sudah ada, kita juga bisa langsung mengedit foto yang baru saja dijepret menggunakan fitur kamera yang disediakan.